jaringberita.com -Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo spesifikasi Revvo89, bikin geleng-geleng kepala. Dugaan ada intervensi Pemerintah pun menyeruak ramai.
Perubahan harga BBM Revvo89 milik PT Vivo Energy Indonesia terjadi satu hari setelah Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi. Semula Revvo89 dipatok Rp 8.600, kemudian pada Senin naik menjadi Rp 10.900.
Sewaktu harga Revvo89 Rp 8.600, SPBU Vivo diserbu para pengendara. Masyarakat rela antre mengisi BBM dengan harga termurah yang dijual di Indonesia. Saat itu, mereka rela meninggalkan Pertamina yang menjual Pertalite di harga Rp 10.000.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji membantah dugaan Pemerintah melakukan intervensi terhadap penetapan harga Jenis Bahan Bakar Minyak Umum (JBU) yang dijual Badan Usaha PT Vivo Energy Indonesia.
“Harga jual eceran jenis BBM Umum ditetapkan oleh badan usaha,” ujar Tutuka.
Dalam upaya pengendalian harga di tingkat konsumen, kata Tutuka, Pemerintah menetapkan formula batas atas. Yaitu, harga BBM mengacu pada harga acuan pasar MOPS/Argus dan biaya distribusi dengan margin badan usaha maksimal 10 persen.
Berdasarkan hal tersebut, kata Tutuka, Pemerintah akan menegur badan usaha apabila menjual BBM melebihi batas atas. Dia mengatakan, penetapan harga jual di SPBU saat ini merupakan kebijakan badan usaha yang dilaporkan ke Menteri cq. Dirjen Migas.
“Sehingga tidak benar Pemerintah meminta badan usaha menaikkan harga,” ucap Tutuka.
Tutuka menjabarkan, sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang penyediaan, pendistribusian dan harga jual eceran BBM yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2021, Pemerintah menetapkan tiga Jenis BBM yang beredar di masyarakat.
Pertama, jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu (JBT). Yaitu, BBM yang mendapat subsidi dan kompensasi; minyak tanah dan Solar. Kedua, jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP). Yaitu, BBM yang tidak mendapat subsidi, namun mendapat kompensasi; Bensin RON 90. Ketiga, jenis Bahan Bakar Minyak Umum (JBU). BBM di luar JBT dan JBKP.
“Di SPBU VIVO jenis Revvo 89 sempat menghilang di pasaran, tiba-tiba muncul malah naik harganya,” ujar @ uusbustami.
Akun @rizalmanthony heran BBM jenis Ron 89 di SPBU Vivo bisa menghilang mendadak dan menaikkan harga mendadak pula. Dia menangkap kesan, SPBU Vivo diatur pihak tertentu.
“Takut izinnya dicabut oleh Pemerintah,” duga @sianto_kusuma.
Akun @Arjuna sudah menduga sejak awal Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi. Dia yakin, Vivo pasti akan menyesuaikan harga BBM jenis Revvo. Tidak mungkin mereka menjual harga lebih murah dari harga jual milik Pemerintah. “Bisa hancur ini dunia BBM Indonesia,” katanya.
Akun @Tan_Danni menyarankan Vivo menaikkan harga BBM jenis Revvo sedikit lebih tinggi saja dari harga BBM subsidi Pertalite. Jika harga Revvo89 sebesar Rp 9.200 per liter, pasti akan laris manis dan diserbu masyarakat. “Jangan alasan takut sama Pertamina lah,” imbuhnya.
“Setiap pemain SPBU swasta sebelum melakukan bisnis di Indonesia memang terikat dengan regulasi, termasuk soal harga,” ujar @Arya_Lawe.
Menurut @andoamiladi, seharusnya Vivo tidak perlu ditekan untuk menaikkan harga BBM jenis Revvo89. Kalau masyarakat membeli BBM lebih murah di luar SPBU Pertamina, harusnya Pemerintah senang.
“Masyarakat banyak yang membeli (Revvo89) dengan maksud meringankan beban subsidi Pemerintah. Lho kok disuruh ikut naik harganya,” sesalnya.
Apapun alasanya, @Pengamat_komen mengucapkan terima kasih kepada SPBU Vivo. Paling tidak, sudah pernah dan bisa menunjukkan, ada BBM lebih murah tanpa subsidi Pemerintah dan untung pula. “Walaupun tiba-tiba hilang entah kenapa. Akhirnya naik juga,” kata dia.
Akun @Hery_TriSutanto menyambung. Dia bilang, dengan adanya peristiwa ini membuka mata warga, bila harga Rp 8.900 per liter sudah tanpa subsidi dan masih bisa untung, meski Ron 89. Kata dia, bandingkan dengan harga Pertalite Rp 10 ribu per liter masih subsidi. “Dan diklaim masih rugi,” katanya.
Sementara, @Chris_Biantoro bingung dengan SPBU Vivo. Sebelumnya, harga BBM jenis Revvo Ron 89 sebesar Rp 9.200 per liter, lalu turun jadi Rp 8.900 per liter. “Tapi, giliran Pertalite naik jadi Rp 10 ribu per liter, ikutan jadi 10.900 per liter,” katanya.
Akun @Kumal_rajiv heran dengan SPBU Vivo. Ron 89 merupakan rebrand dari Pertalite. Sehingga saat Pertalite naik, bila tidak naik harga, SPBU Vivo akan rugi. “Jadi dijual sedikit di atas Pertalite biar masih untung,” imbuhnya seperti dilansir RM.id.